Pages

Selasa, 06 Maret 2012

Kucing Emas

Sekitar lima tahun lalu populasinya masih di atas 50 ekor, namun belakangan jumlahnya jauh dibawah itu dan lokasinya sebagian besar dalam kawasan hutan balantara, kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu Andi Basrul, Selasa (24/10).

Hewan langka itu awalnya ditemukan melalui kamera yang dipasang dalam kawasan hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), namun ada informasi juga pernah diperegoki warga dalam kawasan hutan Produksi terbatas (HPT).

Kepunahan kuncing emas itu biasanya akibat pemburu liar, karena tubuhnya dapat dijadikan perhiasan rumah mewah sama dengan harimau, beruang dan tafir.

Guna melindungi hewan langka itu pemerintah melakukan kesepakatan bersama seluruh gubernur se-Sumatra untuk menyelamatan ekosistem termasuk hewan langka tersebut.

Dalam kesepakatan yang dikuatkan tiga Menteri yaitu Menteri Kehutanan, Menteri PU dan Menteri Lingkungan Hidup pada tahun 2007 itu, menjadi acuan semua pihak, terutama yang ada di Sumatra.

Ada tiga poin dalam kesepakatan itu yakni penataan ruang pulau Sumatra berbasis ekosistem, retotarasi kawasan kritis untuk perlindungan sistem kehidupan dan melindungi kawasan yang memiliki nilai penting perlindungan sitem kehidupan keanekanragamhayati sert aperbuhan iklim.

Pada kesepakatan seluruh gubernur di Sumatra itu dapat dijadikan acuan dalam membangun komitmen di tingkat Provinsi, kabupaten dan kota termasuk sektor terkait dan swasta di wilayah/regional.

Perlu adanya ketentuan pengaturan di tingkat wilayah (Perda), baik meliputi pengaturan ruang hidup bagi satwa, maupun pengaturan bila terjadi pelanggaran termasuk hukum adat.

Semua kebutuhan satwa daerah jelajah, daerah pakan dan lainnya tidak hanya gajah, tapi satwa liar lainnya, agar diakomodasi dalam Amdal, kata Andi Basrul menguraikan kesepakatan gubernur sumatra tersebut.(*un)

http://www.berita2.com/daerah/sumatera/2185-populasi-kucing-emas-terancam-punah.html

Burung Cendrawasih

Burung cendrawasih hidup di Papua. Burung ini banyak diburu karena bulunya sangat indah. Akibatnya, jumlah burung cendrawasih makin sedikit dan harus dilindungi dari para pemburu yang ingin menangkapnya.
Burung-burung cendrawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cendrawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendrawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cendrawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430 gram.
Burung cendrawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk spesies tipenya, cendrawasih kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya. Inilah asal mula nama bird of paradise ('burung surga' oleh orang Inggris) dan nama jenis apoda - yang berarti 'tak berkaki'.
Banyak jenis mempunyai ritual kawin yang rumit, dengan sistem kawin jenis-jenis Paradisaea adalah burung-burung jantan berkumpul untuk bersaing memperlihatkan keelokannya pada burung betina agar dapat kawin. Sementara jenis lain seperti jenis-jenis Cicinnurus dan Parotia memiliki tari perkawinan yang beraturan. Burung jantan pada jenis yang dimorfik seksual bersifat poligami. Banyak burung hibrida yang dideskripsikan sebagai jenis baru, dan beberapa spesies diragukan kevalidannya.
Jumlah telurnya agak kurang pasti. Pada jenis besar, mungkin hampir selalu satu telur. Jenis kecil dapat menghasilkan sebanyak 2-3 telur (Mackay 1990).
Seperti yang sudah di singgung sebelumnya, Cendrawasih tidak bisa di pisahkan dari papua. Masyarakat di daerah itu sering memakai bulu-bulu burung ini untuk menjadi penghias. Entah itu pakaian atau digunakan saat acara-acara yang berbau adat. Hal yang seperti ini tentu menempatkan Cendrawasih sebagai burung buruan.
Belum lagi penggunaan bulunya untuk topi trendi yang biasa digunakan oleh wanita-wanita berdarah ningrat di Eropa. Akibatnya, terjadi kerusakan habitat Cendrawasih dan penurunan jumlah secara signifikan.
Sanksi dan hukuman yang tegas memang harus di tegakkan dengan sungguh-sungguh bagi mereka yang masih memanfaatkan Cendrawasih secara ilegal. Sayangnya, kesadaran manusia untuk menjaga lingkungan, terutama habitat Cendrawasih memang masih sangat rendah. Jika ada satu spesies atau hewan yang terancam kepunahan, orang hanya menganggap itu masalah pemerintah atau daerah tertentu.

Senin, 05 Maret 2012

Elang Jawa

Populasi elang Jawa di Indonesia diperkirakan punah pada 2025. Padahal, elang Jawa merupakan hewan bersejarah yang juga menjadi inspirasi lambang negara Indonesia, Garuda.
Aktivis Lingkungan dari Yayasan Pribumi Alam Lestari (YPAL) dan Raptor Indonesia Zaeni Rahman menuturkan penelitian tentang elang Jawa selama 15 tahun terakhir yang menunjukkan bahwa satwa ini hampir punah.
Aktivis lulusan Pondok Pesantren Gontor ponorogo itu juga menguraikan bahwa sejak 2005 sampai 2010, setidaknya 110 ekor elang Jawa sudah hilang.
Sementara Indonesia merupakan negara pemilik elang Jawa terbanyak. Dari 311 jenis elang di dunia, 90 di antaranya tersebar di Asia, 50 di Amerika dan 75 jenis lain di Indonesia.
“Dari jumlah itu dapat dihitung sedikitnya 22 pasang elang Jawa hilang setiap tahunnya. Jika ini dibiarkan pada 2025 elang Jawa diprediksi mulai punah,” kata Zaeni yang ditemani GKR Pembanyun selaku Ketua Forum Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta.
Zaeni menulis uraian tentang Elang Jawa di buku perdananya dengan tebal 110 halaman berdasarkan informasi yang berkembang di kalangan masyarakat. Masyarakat, kata dia, masih belum memahami peran Elang Jawa dalam kehidupan siklus rantai makanan. Elang justru dianggap sebagai hama, yang mengancam kehidupan ternak warga seperti ayam dan lainnya.


http://www.infobdg.com/v2/2025-elang-jawa-terancam-punah/


Pembalakan hutan yang merajalela menjadi faktor utama kerusakan lingkungan yang merupakan habitat bagi Elang Jawa, selain itu yang menjadi salah satu penyabab kepunahan Elang Jawa adalah para PEMBURU LIAR yang memburu Elang Jawa untuk diperdagangkan  secara Ilegal karena banyak kolektor yang menginginka hewan hewan langka dan salah satunya d\adalah Elang Jawa. Pemerintah harus memperhatikan dan ikut melestarikan, salah satunya dengan mendirikan suakamargasatwa atau konservasi, dan perlu kesadaran dari para MANUSIA agar tidak merusak hutan dan memburu Elang Jawa.





Pesan :
Untuk itu mari kita melakukan perubahan untuk menjaga lingkungan, agar hijau kembali.
Hal kecil yang dapat kita lakukan diantaranya adalah :
-Jangan membuang sampah sembarangan.
-Jangan menangkap hewan yang sudah terancam punah (Hewan apapun jika tidak bisa merawatnya sebaiknya jangan).
 CINTAI HUTAN INDONESIA AGAR TETAP HIAJU SEPERTI DULU (entah kapan itu terjadi).


Mohon maaf bila ada kesalahan tulis & kata kata yang kurang berkenan mohon tinggalkan comentnya.
Terima Kasih.